Selasa, 01 September 2015
KISAH MOTIVASI HIDUP
CARA MEMBERSIHKAN HATI
Di sebuah kampung kecil ada sebuah telaga yang jernih airnya. Seluruh penduduk kampung tersebut mengambil air dari telaga itu untuk keperluan mencuci, memasak, mandi, berwudhu dan lain sebagainya. Air telaga yang jernih itu benar benar merupakan sumber kehidupan bagi mereka.
” Namun suatu hari mereka amat terperanjat ketika mendapatkan seekor bangkai anjing telah mencemari telaga itu. Habislah sudah sumber kehidupan yang mereka andalkan selama ini. Air telaga itu tidak bisa lagi dipakai untuk keperluan apapun. Sebab sudah ternajisi oleh bangkai anjing. Rasa, Warna dan Baunya sudah berubah ! Sementara tidak ada air sungai atau mata air lain untuk memenuhi kebutuhan mereka.
” Dalam keadaan krisis air itu mereka bermusyawarah dan memutuskan untuk melaporkan hal tersebut kepada seorang kyai. Maka datanglah mereka berombongan menemui kyai tersebut. Setelah memahami peristiwa itu dan mempelajarinya dengan membaca beberapa kitab, maka kyai itu berkata : ” Tidak usah khawatir. Insya Allah air itu akan kembali jernih dengan cara membuang sekitar lima puluh ember air.”
” Maka bergegaslah penduduk kampung mengambil ember besar dan mengeluarkan lima puluh ember dari telaga tersebut. Tetapi ternyata setelah itu dilakukan air telaga itu tetap kotor. Bau, Warna dan Rasanya masih saja bernajis seperti sebelumnya. Merekapun kembali kepada kyai itu untuk melaporkan hal tersebut.
” Tidak mungkin…!” kata si kyai. Ia pun membolak balik kembali kitab kitabnya dan tetap menemukan pendapat yang sama. ” Kitab kitab yang saya buka ini rata rata berpendapat sama. Kalian harus mengeluarkan lima puluh ember. Cobalah sekali lagi.
Penduduk kampung itupun kembali untuk membuang air dari telaga. Tapi baru beberapa langkah mereka berjalan, kyai memanggil mereka dan bertanya, ” Mohon maaf…saya mau bertanya. Sebelum kalian keluarkan air dari telaga itu apakah kalian sudah membuang terlebih dahulu bangkai anjing tersebut ?”
” Tidak kyai… Bukankah kyai tadi hanya memerintahkan kami mengeluarkan airnya saja”, jawab mereka dengan penuh lugu.
“Aduh..kalian ini benar benar bebal ! Sudah tahu yang menjadi sumber najisnya adalah bangkai anjing. Mengapa tidak bangkai itu dahulu yang kalian buang. Sudah sana..buang dahulu bangkainya baru kemudian buang airnya.”
Akhirnya merekapun melaksanakan perintah kyai itu. Mereka membuang bangkai anjing jauh jauh dan baru mengeluarkan air sebanyak lima puluh ember. Benar saja..setelah bangkai itu dibuang dan air kotornya dibuang sebanyak lima puluh ember, mata air di bawah telaga itu memancarkan air baru yang jernih, bening dan suci seperti sebelumnya. Penduduk kampung itupun gembira karena telaga yang menjadi sumber kehidupan mereka dapat dinikmati kembali.
Makna yang dapat kita petik adalah :
Demikianlah keadaan hati kita. Hati kita ini asalnya jernih dan bening seperti air telaga itu. Tapi kini ia telah kotor dan bernajis karena bangkai besar yang bernama ‘ hubbud dunya’ (cinta yang berlebihan terhadap dunia) telah bercokol di dasar hati kita.
Sumber kebeningan dari mata air fitrah masih terus mengalir dari dasar sanubari. Namun semua itu terus dikotori oleh bangkai busuk yang bernama ‘hubbud dunya’. Maka hati yang seperti itu tidak akan pernah membawa manfaat dan tidak akan pernah menunjukkan kita kepada jalan yang lurus.
” Banyak orang berpendapat bahwa cara membersihkan telaga hati itu adalah dengan berzikir, membaca Al-Qur’an, bertahajjud dan lain lain. Semua cara itu benar dan tidak salah sama sekali. Tapi yang harus lebih dahulu disadari adalah membongkar bangkai bernama ‘hubbud dunya’ dan mengeluarkannya dari dalam hati. Barulah setelah itu dilakukan upaya untuk membersihkan telaga hati.
” Jika hati masih kotor, maka tidak ada ibadah yang akan dapat kita nikmati. Melaksanakan sholat fardhu saja jiwa kita meronta dan tertekan…Membaca Al Qur’an hati berat…berpuasa untuk Allah jiwa terasa tersiksa….Berzikir bagai mengunyah duri di mulut.
Sebaliknya hal hal keduniaan seperti berjudi, mabuk mabukan, berdansa sampai pagi di night club, meninggalkan sholat dan kedurhakaan lainnya kita rasakan seperti nikmat. Sebab yang ada dalam hati adalah bangkai hubbud dunya, maka bau dan kotoranyalah yang mewarnai pemikiran, jiwa dan raga.
” Jika telaga hati kita jernih dan bersih seharusnya jiwa dan raga kita lebih cenderung menyenangi dan menikmati seluruh perintah Allah. Demikianlah keadaan Rasulullah SAW dan para sahabat dalam menjalankan perintah Allah. Rasulullah SAW sangat menikmati sholat dua rakaat dan mengatakan itulah puncak kenikmatan yang sesunguhnya.
Dalam suatu peperangan saidina Ali Bin Abi Thalib r.a. terkena panah pada kakinya. Ketika hendak dicabut ia mengeluh kesakitan. Kemudian ia berkata kepada sahabat yang lain. ” Biarkan aku sholat, lalu cabutlah panah itu ketika aku sedang khusyuk menyembah Allah.” Ketika saidina Ali sholat maka panah itu dicabut dan ia tidak merasakan apa apa.”
Dikutip dari buku : My dad, My Pious Dad ( Ayahku, Ayah Yang Sholeh )
Karya : KH. Arsil Ibrahim, MA
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar